<
Emoji memang berfungsi untuk membumbui komunikasi teks semoga lebih ekspresif, mampu memberikan emosi dengan lebih sigap dan simpel daripada mengetik teks panjang lebar. Namun setiap emoji hanya berlaku untuk satu ekspresi. Emoji "Cry" dipakai untuk mulut sedih. "Blush" untuk tersipu. "Angry" untuk marah. "Laughing" untuk tertawa. Dan "Meh" cocok digunakan ketika kita tak terkesan. Entah itu ketika mendengar tren gres yang tak kita pahami darimana hebohnya (Fidget Spinner, misalnya), dikirimi lawakan khas grup WA keluarga, atau ketika menonton film The Emoji Movie.
aya tak mampu menyalahkan bawah umur yang sangat-sangat kecil yang kemungkinan besar akan menikmati film ini sebagai hiburan ringan. Filmnya berisi apa yang mereka suka: warna-warni mencolok dan animasi hiperaktif. Namun The Emoji Movie hanya bermain di permukaan. Filmnya tak menunjukkan sesuatu yang benar-benar kreatif atau greget. Leluconnya sangat basic, pembangunan semestanya tak imajinatif, dan plotnya relatif predictable. Film emoji movie terlalu dangkal dan cenderung udik di kala dimana film animasi sudah berada di level lebih tinggi. Jika anda pikir anda mampu menebak plotnya hanya dengan mendengar premisnya, maka kemungkinan besar tebakan anda benar.
Nah, coba yang ini. Di dalam sebuah aplikasi perpesanan dalam smartphone, ada kota Textopolis yang populasinya diisi oleh semua emoji. Tugas mereka masing-masing ialah mengekspresikan satu emosi, yang akan di-scan oleh aplikasi kemudian dikirim oleh pemilik smartphone. Tapi Gene (TJ Miller), sebuah emoji "Meh" punya banyak ekspresi, tak menyerupai emoji normal. Kaprikornus apa yang akan beliau lakukan? Tentu saja, melaksanakan perjalanan untuk mencari jati diri. Tak lengkap bila ia tak ditemani satu sahabat sebagai tukang ngelawak: Hi-5 (James Corden), dan satu sahabat lagi yang rasional tapi dalam hal ini sedikit rebel: Jailbreak (Anna Faris).
Sembari menonton, pikiran saya menerawang. Pemilik smartphone ini ialah sampaumur tanggung berjulukan Alex (Jake T. Austin) yang selalu ragu ketika ingin mengirim emoji kepada gebetannya, Addie (Tati Gabrielle). Karena film hanya berlangsung di smartphone Alex, saya jadi penasaran bagaimana suasana Textopolis di smartphone orang lain. Saat emoji yang dikirim hingga ke smartphone penerima, apa yang terjadi disana? Mungkin tak terjadi apa-apa kali ya, alasannya ialah di Textopolis Alex tak ada keganjilan semacam itu. Entah alasannya ialah memang mekanikanya begitu, atau justru Alex yang tak pernah mendapat kiriman emoji dari orang lain.
Gene membuat kekacauan ketika terlalu grogi hingga menampilkan mulut gado-gado ketika dikirim Alex. Ini memancing amarah diktator negeri emoji, Smiler (Maya Rudolph) sehingga ia mengutus bot antivirus untuk melenyapkan Gene. Premis film mengijinkan aksara kita berpindah-pindah dari satu area ke area lain. Jika Wreck-It Ralph menyuguhkan set-pieces variatif yang imajinatif, di The Emoji Movie saya curiga ini merupakan promosi komersial untuk beberapa aplikasi. Gene harus menjadi pemain —sebagai candy— di Candy Crush. Gene mengajarkan Jailbreak berdansa di game Just Dance. Di satu momen, mereka berlayar di Spotify (cause it's STREAMING, get it?). Dan tujuan mereka ialah cloud milik aplikasi Dropbox yang "bebas malware dan aman". Ada satu lagi aksara dari aplikasi berlogo burung yang menjadi penyelamat.
Film emoji movie ini tak sedemikian beracun hingga memaksa saya mencuci mata sehabis menonton. Tapi cukup membuat saya menguap berkali-kali. Pembuat The Emoji Movie tak mengisi filmnya dengan humor berbobot, gaya visual, atau perspektif narasi segar yang membuat kita terikat. Kentara sekali film ini ialah produk rapat direktur yang oportunis. Sasarannya plot dan humor gampangan. Emoji "Poop" yang dimainkan oleh Yang Terhormat Patrick Stewart punya permainan kata ihwal eek yang akan lebih mengena dalam bahasa Inggris. Lalu, apa yang dilakukan emoji "Monkey" yang berpakaian jas? "Monkey business", tentu saja. Hi-5 terutama, terjebak dalam running-gag mengenai memakan muntahan kembali. Dan ngomong-ngomong, film ini dibuka dengan film pendek dari Hotel Transylvania yang berjudul "Puppy!", ihwal Drakula yang membelikan cucunya seekor anjing raksasa. Film ini selucu lawakan "monkey business".
Anak-anak mungkin juga takkan keberatan dengan pesan moral mengenai penerimaan diri dan kasih sayang orangtua (yap, Gene punya orangtua yang juga emoji Meh yang diisikan suaranya oleh Steven Wright dan Jennifer Coolidge) yang sudah sering mereka lihat di film yang lebih bagus.
Link download: blablabla……
aya tak mampu menyalahkan bawah umur yang sangat-sangat kecil yang kemungkinan besar akan menikmati film ini sebagai hiburan ringan. Filmnya berisi apa yang mereka suka: warna-warni mencolok dan animasi hiperaktif. Namun The Emoji Movie hanya bermain di permukaan. Filmnya tak menunjukkan sesuatu yang benar-benar kreatif atau greget. Leluconnya sangat basic, pembangunan semestanya tak imajinatif, dan plotnya relatif predictable. Film emoji movie terlalu dangkal dan cenderung udik di kala dimana film animasi sudah berada di level lebih tinggi. Jika anda pikir anda mampu menebak plotnya hanya dengan mendengar premisnya, maka kemungkinan besar tebakan anda benar.

Sembari menonton, pikiran saya menerawang. Pemilik smartphone ini ialah sampaumur tanggung berjulukan Alex (Jake T. Austin) yang selalu ragu ketika ingin mengirim emoji kepada gebetannya, Addie (Tati Gabrielle). Karena film hanya berlangsung di smartphone Alex, saya jadi penasaran bagaimana suasana Textopolis di smartphone orang lain. Saat emoji yang dikirim hingga ke smartphone penerima, apa yang terjadi disana? Mungkin tak terjadi apa-apa kali ya, alasannya ialah di Textopolis Alex tak ada keganjilan semacam itu. Entah alasannya ialah memang mekanikanya begitu, atau justru Alex yang tak pernah mendapat kiriman emoji dari orang lain.
Gene membuat kekacauan ketika terlalu grogi hingga menampilkan mulut gado-gado ketika dikirim Alex. Ini memancing amarah diktator negeri emoji, Smiler (Maya Rudolph) sehingga ia mengutus bot antivirus untuk melenyapkan Gene. Premis film mengijinkan aksara kita berpindah-pindah dari satu area ke area lain. Jika Wreck-It Ralph menyuguhkan set-pieces variatif yang imajinatif, di The Emoji Movie saya curiga ini merupakan promosi komersial untuk beberapa aplikasi. Gene harus menjadi pemain —sebagai candy— di Candy Crush. Gene mengajarkan Jailbreak berdansa di game Just Dance. Di satu momen, mereka berlayar di Spotify (cause it's STREAMING, get it?). Dan tujuan mereka ialah cloud milik aplikasi Dropbox yang "bebas malware dan aman". Ada satu lagi aksara dari aplikasi berlogo burung yang menjadi penyelamat.
Film emoji movie ini tak sedemikian beracun hingga memaksa saya mencuci mata sehabis menonton. Tapi cukup membuat saya menguap berkali-kali. Pembuat The Emoji Movie tak mengisi filmnya dengan humor berbobot, gaya visual, atau perspektif narasi segar yang membuat kita terikat. Kentara sekali film ini ialah produk rapat direktur yang oportunis. Sasarannya plot dan humor gampangan. Emoji "Poop" yang dimainkan oleh Yang Terhormat Patrick Stewart punya permainan kata ihwal eek yang akan lebih mengena dalam bahasa Inggris. Lalu, apa yang dilakukan emoji "Monkey" yang berpakaian jas? "Monkey business", tentu saja. Hi-5 terutama, terjebak dalam running-gag mengenai memakan muntahan kembali. Dan ngomong-ngomong, film ini dibuka dengan film pendek dari Hotel Transylvania yang berjudul "Puppy!", ihwal Drakula yang membelikan cucunya seekor anjing raksasa. Film ini selucu lawakan "monkey business".

Link download: blablabla……
0 Response to "Download Movie The Emoji Movie Full HD Masih Anget"
Posting Komentar